Minggu, 23 Desember 2018

Kepribadian muhammadiyah

BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Kepribadian Muhammadiyah adalah masuknya pemikiran dan cara-cara politik dalam mengelola dan menggerakan Muhammadiyah setelah Masyumi (Majelis Syuro Muslimin Indonesia) dibubarkan dan orang-orang Muhammadiyah yang berkecimpung di Partai Politik Islam tersebut kembali ke Muhammadiyah. Muhammadiyah sebagai organisasi dan gerakan sosial keagamaan didirikan oleh KH. Ahmad Dahlan (1868-1923) pada awal abad kedua puluh, tepatnya pada 8 Dzulhijjah 1330 H, bersesuaian dengan tanggal 18 Nopember 1912.
Pendirian organisasi ini, antara lain dipengaruhi oleh gerakan tajdîd (reformasi, pembaruan pemikiran Islam) yang digelorakan oleh Muhammad ibn Abd al-Wahhab (1703-1792) di Arab Saudi, Muhammad „Abduh (1849-1905), Muhammad Rasyîd Ridhâ (1865-1935) di Mesir, dan lain-lain. Masing-masing tokoh tersebut memiliki corak pemikiran yang khas, berbeda satu dengan yang lain.
Jika Muhammad ibn Abd al-Wahhâb menekankan pemurnian akidah, sehingga gerakannya lebih bersifat puritan (purifikasi), maka Muhammad Abduh lebih menekankan pemanfaatan budaya modern dan menempuh jalur pendidikan, dan karena itu, gerakannya lebih bersifat modernis dan populis. Sementara itu, Rasyîd Ridhâ menekankan pentingnya keterikatan pada teks-teks al-Qurân dalam kerangka pemahaman Islam, yang dikenal dengan al-Rujû ilâ al-Qu’ân wa al-Sunnah (kembali kepada al-Qu’an dan al-Sunnah). Oleh karena itu, gerakannya lebih bersifat skriptualis (tekstual), yang kelak menjadi akar fundamentalisme.

Rumusan Masalah
Bagaimana Sejarah Kepribadian Muhammadiyah?
Bagaimana Kepribadian Muhammadiyah?
Bagaimana Hakikat Muhammadiyah?
Apa Dasar Amal Usaha dan Sifat Muhammadiyah?
Apa Pedoman Amal Usaha dan Perjuangan Muhammadiyah?
Tujuan Penulisan
Untuk mengetahui Sejarah Kepribadian Muhammadiyah.
Untuk mengetahui Kepribadian Muhammadiyah.
Untuk mengetahui Hakikat Muhammadiyah.
Untuk mengetahui Dasar Amal Usaha dan Sifat Muhammadiyah.
Untuk mengetahui Pedoman Amal Usaha dan Perjuangan Muhammadiyah.

BAB II
PEMBAHASAN
Sejarah Dirumuskannya Kepribadian Muhammadiyah
“Kepribadian Muhammadiyah” ini timbul pada waktu Muhammadiyah di pimpin oleh Bapak Kolonel H.M. Yunus Anis, ialah pada periode 1959-1962.
“Kepribadian Muhammadiyah” ini semula berasal dari uraian Bapak H. Fiqih Usman, sewaktu beliau memberikan uraian dalam satu latihan yang diadakan Madrasah Mu’allimin Muhammadiyah Yogyakarta. Pada saat itu almarhum KH. Fiqih Usman menjelaskan bahasan yang berjudul: “Apa Sih Muhammadiyah Itu?” Kemudian oleh Pimpinan Pusat dimusyawarahkan Bersama-sama pimpinan Muhammadiyah Wilayah Jawa Timur (HM. Saleh Ibrahim), Jawa Tengah (R. Darsono) dan Jawa Barat (H. Adang Afandi). Sesudah itu disempurnakan oleh satu tim yang antara lain terdiri dari: KH. Moh. Wardan, kemudian turut membahas pula Prof. H. Kasman Singodimejo SH. Disamping pembawa prakarsa sendiri KH. Fiqih Usman. (Haedar Nashir: 2006: 104)
Selanjutnya setelah mendapat perbaikan seperlunya, hasil kerja tim tersebut dibawa ke Muktamar Muhammadiyah Setengah Abad (Muktamar Ke-35) di Jakarta. Muktamar dapat menerima rumusan materi “Kepribadian Muhammadiyah” tersebut dengan ketentuan perlu penyempurnaan oleh PP Muhammadiyah. Sejak saat itu rumusan resmi dan sah menjadi “Kepribadian Muhammadiyah”.
Materi “kepribadian Muhmmadiyah” saat itu memang sudah sangat mendesak untuk segera dirumuskan, sebab Muhammadiyah yang semakin besar perlu adanya kejelasan tentang apa dan bagaimana sesungguhnya Muhammadiyah itu. Dengan demikian pimpinan dan anggota-anggota Muhammadiyah yang tersebar di seluruh Indonesia mempunyai pegangan yang kongkrit.
Tetapi juga perlu disusun materi “Kepribadian Muhammadiyah”, karena situasi tanah air ketika itu menghendaki yang demikian. Situasi politik negara sekitar tahun 1962 makin panas. Dekrit “kembali ke UUD 1945” dikeluarkan oleh Bung Karno tahun 1959. Paham Nasakom dipaksakan, dan Pancasila yang terdiri dari 5 sila diperas-peras sehingga tinggal satu sila, yaitu gotong royong.
Dengan Nasakonm, PKI (Partai Komunis Indonesia) yang menjadi salah satu golongan pendukung Nasakom menghirup udara segar untuk tumbuh makin kokoh posisinya. Sebaliknya golongan yang anti Nasakom seperti Masyumi dan PSI dihancurkan. Bahkan organisasi-organisasi yang dikenal dekat dengan Masyumi seperti Muhammadiyah dan lain-lain tidak luput dari incaran PKI untuk pada suatu saat tiba gilirannya dibantai. Karena adanya situasi yang demikian inilah, dirasakan sangat perlu Muhammadiyah segera menjelaskan tentang siapa sesungguhnya Muhammadiyah. Ilustrasi tentang apa dan siapa Muhammadiyah secara total diuraikan dalam materi “Kepribadian Muhammadiyah”. (Khozim dan Syaukani, 2000: 155 -156)

Kepribadian Muhammadiyah
Sesungguhnya kepribadian Muhammadiyah itu merupakan ungkapan dari kepribadian yang memang sudah ada pada Muhammadiyah sejak lama berdiri. KH. Faqih Usman pada saat itu hanyalah mengkonstantir, -meng-idhar-kan apa yang telah ada; jadi bukan merupakan hal-hal yang baru dalam Muhammadiyah. Adapun mereka yang menganggap bahwa Kepribadian Muhammadiyah sebagai perkara yang baru, hanyalah karena mereka mendapati Muhammadiyah sudah tidak dalam keadaan yang sebenarnya. K.H. Faqih Usman sebagai seorang yang telah sejak lama berkecimpung dalam Muhammadiyah, sudah benar-benar memahami apa sesungguhnya sifat-sifat khusus (ciri-ciri khas) Muhammadiyah itu. Karena itu kepada mereka yang berlaku tidak sewajarnya dalam Muhammadiyah, beliaupun dapat memahami dengan jelas. Yang benar-benar dirasakan oleh almarhum ialah bahwa Muhammadiyah adalah Gerakan Islam, berdasar Islam, menuju terwujudnya masayarakat utama, adil dan makmur yang diridhai Allah Subhanahu wata‟ala, bukan dengan jalan politik, bukan dengan jalan ketatanegaraan, melainkan dengan melalui pembentukan masyarakat, tanpa memperdilikan bagamana struktur politik yang manguasainya; sejak zaman Belanda, zaman militerisme Jepang, dan samapai zaman kemerdekaan Republik Indonesia. ( Haedar Nashir : 2006 : 105 )
Muhammadiyah tidak buta politik, tidak takut politik, tetapi Muhammadiyah bukan organisasi politik. Muhammadiyah tidak mencampuri soal-soal politik, tetapi apabila soal-soal politik masuk dalam Muhammadiyah, ataupun soal-soal politik mendesak-desak urusan Agama Islam, maka Muhammadiyah akan bertindak menurut kemampuan, cara dan irama Muhammadiyah sendiri. Sejak partai politik Islam Masyumi dibubarkan oleh presiden Sukarno, maka warga Muhammadiyah yang selama ini berjuang dalam medan politik praktis, mereka masuk kembali dalam Muhammadiyah. Namun karena sudah terbiasa dengan perjuangan cara politik, maka dalam mereka berjuang dana beramal dalam Muhammadiyah pun masih membawa cara dana nada politik cara partai. Oleh almarhum K.H. Faqih Usman dan Pimpinan Pusat Muhammadiyah pada saat itu, cara-cara demikian dirasakan sebagai cara yang dapat merusak nada dan irama Muhammadiyah. Muhammadiyah telah mempunyai cara perjuangan yang khas. Muhammadiyah bergerak bukan untuk “Muhammadiyah‟ sebagai golongan.
Muhammadiyah bergerak dan berjuang untuk tegaknya Islam, untuk kemenangan kalimah Allah, untuk terwujudnya masyarakat utama, adil dan makmur yang diridlai Allah Subhanahu wata‟ala. Hanya saja Islam yang digerakkan oleh Muhammadiyah adalah Islam yang sajadah, Islam yang lugas (apa adanya), Islam yang menurut Al-Quran dan Sunnah Rasulullah saw; dana menjalankannya dengan menggunakan akal pikirannya yang sesuai dengan ruh Islam. ( Haedar Nashir : 2006:106 )

Hakikat Muhammadiyah
Muhammadiyah adalah persyarikatan gerakan islam. Sebagai suatu gerakan, Muhammadiyah selalu bergerak maju dengan mengemban dua misi:
Menyebarluaskan cita-cita Muhammadiyah ke seluruh masyarakat Indonesia.
Menyebarluaskan organisasi Muhammadiyah ke seluruh wilayah nusantara Maksud gerak Muhammadiyah adalah dakwah islam, amar makruf nahi mungkar yang meliputi 2 bidan:
Bidang perorangan terdiri dari dua kelompok:
Orang yang telah memeluk agama islam Kepada orang yang telah memeluk agama Islam, sifat dakwah yang dilancarkan oleh Muhammadiyah yaitu pembaruan sebagai usaha untuk pemurnian agama islam yang telah mereka anut, sehingga keislaman mereka benar-benar murni sebagai mana disebutkan dalam al-Quran dan al-Hadis al-Shahih. Adapun pemurnian ini meliputi aqidah, ibadah, dan akhlak.
Kepada kelompok orang yang belum memeluk agama islam Sifat dakwah yang dilakukan oleh Muhammadiyah adalah Seruyan dan ajakan disertai dengan berbagai alasan dan penjelasan yang penuh kebijaksanaan, sehingga atas kemauan sendiri menyadari, bahwa satu-satunya jalan keselamatan hidup baik di dunia maupun di akhirat ialah dengan memeluk agama islam
Bidang masyarakat Dakwah yang dilakukan oleh Muhammadiyah kepada masyarakat (bukan perseorangan) ialah berupa bimbingan, perbaikan, dan pengertian, semata-mata untuk kemaslahatan masyarakat itu sendiri. Lebih dari itu Muhammadiyah juga meyakinkan kepada masyarakat, bahwa kemaslahatan mereka hanya akan dapat dicapai apabila mereka melaksanakan petunjuk-petunjuk Allah sebagai pedoman dalam segala segi kehidupan. ( Khozim dan Syaukani , 2000 : 160 -161)

Dasar Amal Usaha dan Sifat Muhammadiyah
Dasar Amal Usaha Muhammadiyah
Dalam perjuangan melaksanakan usahanya menuju terwujudnya masyarakat Islam yang sebenar-benarnya, Muhammadiyah merumuskan prinsip-prinsip dasar segala gerak dan amal usaha yang tersimpul dalam Muqaddimah Anggaran Dasar berikut ini:
Hidup manusia harus berdasar tauhid, ibadah dan taat kepada Allah swt.
Hidup manusia bermasyarakat.
Mematuhi ajaran-ajaran agama Islam dengan keyakinan bahwa ajaran Islam itu satu-satunya landasan kepribadian dan ketertiban bersama untuk kebahagiaan dunia akhirat.
Menegakkan dan menjunjung tinggi agama Islam dalam masyarakat adalah kewajiban sebagai ibadah kepada Allah dan ikhsan kepada kemanusiaan.
Ittiba’ kepada langkah perjuangan Nabi Muhammad saw.
Melancarkan amal usaha dan perjuangan dengan ketertiban organisasi. (Haedar Nasyir, 2006: 102)
Dengan prinsip-prinsip dasar tersebut maka, apapun yang diusahakan termasuk cara-cara atau sistem perjuangannya, Muhammadiyah berpedoman:
“Berpegang teguh akan ajaran Allah dan Rasul-Nya, bergerak membangun di segala bidang dan lapangan dengan menggunakan cara serta menempuh jalan yang dirihai Allah.”
Sifat Muhammadiyah
Beramal dan Berjuang Untuk Perdamaian dan Kesejahteraan
Dengan sifat ini, Muhammadiyah tidak boleh mencela dan mendengki golongan lain. Sebaliknya, Muhammadiyah harus tabah menghadapi celaan dan kedengkian golongan lain tanpa mengabaikan hak untuk membela diri kalau perlu, dan itu pun harus dilakukan secara baik tanpa dipengaruhi perasaan aneh.
Memperbanyak Kawan dari Mengamalkan Ukhuwah lslamiyah
Setiap warga Muhammadiyah, siapa pun orangnya, termasuk para pemimpin dan da'inya, harus memegang teguh sifat ini. Dalam rangka untuk "Memperbanyak Kawan dan Mengamalkan Ukhuwah Islamiyah". Inilah, pada umumnya ceramah atau kegiatan dakwah lainnya yang dilancarkan oleh dai-da'i Muhammadiyah memakai gaya "sejuk penuh senyum", bukan dakwah yang agitatif menebar kebencian kesana kemari. Di kalangan Muhammadiyah di Surakarta terkenal semboyan "Jiniwit Katut". Jiniwit artinya dijiwit (dicubit), tetapi justru lama-lama orang yang njiwit akan katut atau terpiat oleh Muhammadiyah yang selalu bertingkah simpatik kepada siapa pun. Dan tampaknya sifat inilah salah satu rahasia, mengapa Muhammadiyah terus berkembang makin mengakar dalam masyarakat.
Lapang Dada, Luas Pandang dan Dengan Memegang Teguh Ajaran Islam
Lapang dada atau toleransi adalah satu keharusan bagi siapapun yang hidup dalam masyarakat, apalagi hidup dalam masyarakat yang majemuk seperti masyarakat Indonesia. Tanpa adanya lapang dada, kehidupan akan goncang. Dan prinsip "Memperbanyak Kawan" tentu berubah menjadi "Memperbanyak Musuh".  Namun bagaimana, pun dalam berlapang dada, kita tidak boleh kehilangan identitas sebagai warga Muhammadiyah yang harus tetap memegang teguh ajaran Islam. Dengan demikian, bebas tetapi tetap terkendali.
Bersifat Keagamaan Dan Kemasyarakatan
Sifat "Keagamaan dan kemasyarakatan" sudah merupakan sifat Muhammadiyh sejak lahir. Karena ini sifat yang tidak mungkin terlepas dari jiwa dan raga Muhammadiyah. Mengapa? Muhammadiyah sejak lahir mengemban misi agama, sedang agama diturunkan oleh Allah melalui para Nabi-Nya juga untuk masyarakat, yakni untuk memperbaiki masyarakat. Masyarakat adalah "lahan" bagi segala aktivitas perjuangan Muhammadiyah. Dua sifat ini, yakni keagamaan dan kemasyarakatan, tidak boleh berdiri sendiri-sendiri. Harus berjalin berkelindan. Karena itu, Muhammadiyah bukan gerakan sosial semata-mata, dan bukan juga gerakan keagamaan semata-mata. Muhammadiyah adalah gerakan kedua-duanya, ya keagamaan ya kemasyarakatan. Tetapi Muhammadiyah juga bukan gerakan politik, sebab kalau gerakan politik, tercermin dalam berbagai amal usaha yang telah tertekuninya selama ini.
Mengindahkan, segala Hukum, Undang-undang Serta dan Falsafah Negara Yang Sah
Muhammadiyah sebagai satu organisasi, mempunyai sejumlah anggota. Anggota ini adalah warga negara dari suatu negara hukum. Hukum negara mempunyai kekuatan mengikat bagi segenap warga negaranya. Ini adalah kenyataan. Karena itu, Muhammadiyah mengindahkan semua itu.
Amar Maruf Nahi Munkar Dalam Segala Lapangan Serta Menjadi Contoh Teladan Yang Baik
Salah satu kewajiban tiap muslim ialah beramar ma'ruf dan bernahi munkar, yakni menyuruh berbuat baik dan mencegah kemunkaran. Yang dimaksud kemunkaran ialah semua kejahatan yang merusak dan menjijikkan dalam kehidupan manusia. Tanpa adanya amar ma'ruf dan nahi munkar, tidak akan kebaikan dapat ditegakkan, dan tidak akan kejahatan dapat diberantas. Untuk itu, Muhammadiyah harus sanggup menjadi suri teladan dalam kegiatan ini, baik ke dalam tubuh sendiri ataupun ke luar, ke tengah-tengah masyarakat ramai, dengan penuh kebijaksanaan dan pendekatan yang simpatik.Amar ma'ruf nahi munkar, bagaimanapun harus kita lakukan dengan cara yang baik, sebab kalau tidak begitu, adalah Machiavellisme namanya.
Aktif Dalam Perkembangan Masyarakat Dengan Maksud islab dan Pembangunan Sesuai Dengan Ajaran Islam
Kapan pun dan dimana pun Muhammadiyah memang harus selalu aktif dalam perkembangan masyarakat, sebab tanpa begitu, Muhammadiyah akan kehilangan peran dan akan ketinggalan oleh sejarah. Tetapi keaktifan Muhammadiyah dalam perkembangan masyarakat, tidak berarti sekedar ikut arus perkembangan masyarakat, Muhammadiyah adalah kekuatan ishlah dan pembangunan sesuai dengan ajaran.
Kerjasama Dengan Golongan Lain Mana Pun
Dalam Usaha Menyiarkan Dan Mengamalkan Ajaran Islam Serta Membela Kepentingannya Menyiarkan Islam, mengamalkan dan membela kepentingan Islam, bukan hanya tugas Muhammadiyah, tetapi juga tugas semua umat Islam. Karena itu, Muhammadiyah perlu menjalin kerjasama dengan semua golongan umat Islam. Tanpa kerjasama ini, tidak mudah kita melaksanakan tugas yang berat ini.
Membantu Pemerintah Serta Kerjasama Dengan Golongan Lain Dalam Memelihara Negara dan Membangunnya, Untuk Mencapai Masyarakat Yang Adil dan Makmur Yang Diridhai "Negara Indonesia adalah memiliki semua warga negaranya, termasuk warga Muhammadiyah. Adalah suatu keharusan dijalinnya kerjasama di antara semua unsur pemilik negara, untuk membangun Negara dan bangsa menuju tercapainya masyarakat yang adil dan makmur yang diridhai Allah. Muhammadiyah kemakmuran masyarakat ini, sebab kemakmuran mempersubur iman dan takwa, sedang kemelaratan mempersubur kriminalitas sosial dan kekufuran. Bukankah telah disabdakan oleh Nabi kita, "kada al-faqru ayyakuna kufran" (Kekafiran itu dapat menyebabkan kekufuran).
Bersifat Adil Serta Korektif Ke Dalam dan Keluar, Dengan Bijaksana
Dengan sifat adil dan korektif, Muhammadiyah tidak senang melihat sesuatu yang tidak semestinya, dan ingin mengubahnya dengan yang lebih tepat dan lebih baik, meskipun mengenai diri sendiri. Jadi Muhammadiyah tidak tinggal diam saja dan taqlid. Tetapi koreksi pada diri sendiri dan ke luar ini tidak boleh dilakukan dengan sembarangan, melainkan harus dengan adil dan bijaksana. Kesalahan adalah kesalahan, sekalipun ada pada orang atau golongan lain. Bukan sifat Muhammadiyah tetap bersikukuh membela suatu hal, padahal misalnya jelas-jelas yang dibelanya itu salah atau tidak baik. (Djindar dan Djarnawi, tanpa tahun: 48 - 54)
Pedoman Amal Usaha Dan Perjuangan Muhammadiyah
Dari segi taktik perjuangan sering orang berpendirian bahwa tidak mengapa kita bertindak menyalahi peraturan bahkan tidak mengapa kita bertindak yang tidak sesuai dengan ajaran islam, asal dengan maksud untuk mencapai tujuan yang lebih besar. Kadang-kadang orang sampai berpendapat bahwa tiada celanya berbuat sesuatu yang menyeleweng dari hukum agama, asal hanya untuk siasat belaka.
Hukum dan ajaran agama islam wajib dipegang teguh dan dijunjung tinggi. Tujuan yang baik harus dicapai dengan jalan serta cara yang baik pula. Cita-cita yang diridhoi Allah harus dicapai dengan cara serta usaha yang baik pula. Dalam hal ini Rasullah pernah bersabda “man amara bil ma’ruf falyakun amruhu bana’ruf” yang artinya: “siapa menyuruh berbuat baik hendaklah dengan cara yang baik pula”.
Orang Muhammadiyah berjuang tidak sekedar mencari berhasilnya tujuan saja, tetapi di samping itu juga dengan maksud beribadah,berbakti kepada Allah dan berjasa kepada kemanusiaan.Muhammadiyah berjuang dengan keyakinan bahwa kemenangan ada ditangan Allah, dan itu akan di anugerahkan kepada siapa yang bersungguh-sungguh berjuang dengan cara yang diridhoi Allah atau dengan cara yang adil dan jujur ( Djindar dan Djarnawi, tanpa tahun : 47 )
Menilik dasar prinsip tersebut di atas, maka apapun yang diusahakan dan bagaimana pun cara perjuangan Muhammadiyah untuk mencapai tujuan tunggalnya harus berpedoman: “Berpegang teguh akan ajaran Allah dan Rasul-Nya, bergerak membangun disegenap bidang dan lapangan dengan menggunakan cara serta menempuh jalan yang diridlai Allah. (Khozim dan Syaukani , 2000 : 158)  Hukum dan ajaran Islam wajib di pegang teguh dan di junjung tinggi. Tujuan yang baik harus dicapai dengan cara yang baik pula. Cita-cta yang diridhoi Allah harus dicapai dengan cara serta usaha yang diridhai Allah jua.
Dalam hal ini Rosulullah pernah bersabda: “Siapa menyuruh berbuat baik hendaklah dengan cara yang baik pula”.
Muhammadiyah berjuang tidak sekedar mencari berhasilnya tujuan semata-mata, tetapi disamping itu juga dengan maksud beribadah, berbakti kepada Allah dan berjasa kepada kemanusiaan. Muhammadiyah berjuang dengan keyakinan bahwa kemenangan ada ditangan Allah, dan itu akan dianugrahkan kepada siapa yang bersungguh-sungguh berjuang dengan cara yang adil dan jujur.

BAB III
PEUNUTUP

Kesimpulan
Kepribadian Muhammadiyah” ini timbul pada waktu Muhammadiyah
Di pimpin oleh Bapak Kolonel H.M. Yunus Anis, ialah pada periode 1959-1962.
“Kepribadian Muhammadiyah” ini semula berasal dari uraian Bapak H. Fiqih Usman, sewaktu beliau memberikan uraian dalam satu latihan yang diadakan Madrasah Mu’allimin Muhammadiyah Yogyakarta. Pada saat itu almarhum KH.    Muhammadiyah tidak buta politik, tidak takut politik, tetapi Muhammadiyah bukan organisasi politik. Muhammadiyah tidak mencampuri soal-soal politik, tetapi apabila soal-soal politik masuk dalam Muhammadiyah, ataupun soal-soal politik mendesak-desak urusan Agama Islam, maka Muhammadiyah akan bertindak menurut kemampuan, cara dan irama Muhammadiyah sendiri

Saran
Dari makalah kami yang singkat ini mudah-mudahan dapat bermanfaat bagi kita semua umumnya kami pribadi. Yang baik datangnya dari Allah, dan yang buruk datangnya dari kami. Dan kami sedar bahwa makalah kami ini jauh dari kata sempurna, masih banyak kesalahan dari berbagai sisi, jadi kami harafkan saran dan kritik nya yang bersifat membangun, untuk perbaikan makalah-makalah selanjutnya.





DAFTAR PUSTAKA
http://suryaramadan.wordpress.com/2014/05/21/makalah-kepribadian-muhammadiyah/
Khozin dan Syaukani. 2000. Pembaruan Islam Konsep, Pemikiran, dan Gerakan. Yokyakarta: UMM Press.
Nashir, Haedar. 2006. Meneguhkan Ideologi Gerakan Muhammadiyah. Yokyakarta: UMM Press.
Tamimy, Djindar dan Djarnawi Hadikusuma. Penjelasan Anggaran Dasar dan Kepribadian Muhammadiyah. Yogyakarta: P.T Persatuan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar